Jumat, 22 Mei 2009

“Modal Nekat dan Yakin”

Pada dasarnya hidup itu memeng penuh dengan rintangan dan cobaan yang datang silih berganti. Namun, rintangan dan cobaan tersebut dapat dijadikan bahan untuk berpikir kedepan yang lebih baik, demi meningkatkan totalitas dan krsempurnaan dan perkembangan berpikir pada jiwa setiap menusia sebagai mekhluk Tuhan yang diberikan otak yang berfungsi untuk berpikir.

Mengangkat sebuag kisah yang sangat pahit namun “nikmat” yang Aku rasakan dalam kehidupanku saat ini. Di akhir tahun 2007 yang lalu, tepatnya terjadi pada sekitar bulan Desember 2007, yang pada saat itu Aku masih bergelut dalam dunia pendidikan dan studi di semester III Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Jakarta. Di awal bulan Desember tersebut, ada sebuah ungkapan yang sangat berat Aku terima yang dilontarkan oleh orang tuaku di Kampung. Mereka dengan lantang meminta agar Aku “berhenti kuliah”, dengan pernyataan tersebut tentunya Akn sangat terkejut dan selalu bertanya, ada apa dengan semua ini? Kenapa tiba-tiba orang tuaku berani mengungkapkan pernyataan seperti itu. Setelah Aku telusuri penyebab semua itu adalah keadaan ekonomi yang sangat terdesak dan sangat terbelit, sehingga dengan berat hati terpaksa kedua orang tuaku berani mengambil keputusan dan menyatakan agar Aku berhenti kuliah, karena tidak ada biaya untuk kedepannya.

Sejak ungkapan itu terucap dan terlontar dari kedua orang tuaku, saat itu pula Aku merasa sangat bingung untuk melanjutkan perkuliahku yang baru semester III pada saat itu. Hampir dua minggu Aku hanya terdiam di kamarju (karena pada waktu itu kebetulan libur semester) memikirkan masalah yang sedang Aku alami pada saat itu. Tidak dapat dipungkiri sebelum UAS berlangsung, Aku sangat tertekan dalam kuliah, mulai saat itulah Aku merasa timbulnya rasa males, jarang mengerjakan tugas, jarang masuk, sehingga tidak jarang ada beberapa mata kuliah di semester III tersebut terpaksa Aku jadikan korbankan, karena jarangnya Aku mengikuti jadwal perkuliahan yang efektif, sehingga dosen-dosen yang bersangkutan tidak mau menerima Aku untuk belajar di dalam kelas bersama teman-teman yang lain seperti biasa. Walaupun demikian, Aku merasa acuh terhadap apa yang dikatakan oleh dosen-dosen tersebut, meskipun mereka melarangku masuk untuk mengikuti proses pembelajaran seperti biasa, akan tetapi masa bodo denga itu semua, sehingga karena terlalu bosannya dengan itu semua, maka Aku mendapatkan berbagai teguran dari dosen-dosen yang bersangkutan. Pada akhirnya, satu bulan sebelum ujian berlangsung Aku tidak lagi mengikuti lima mata kuliah ampai akhir semester III pada waktu itu, dan tentunya Aku juga tidak pernah ikut ujian baik itu UTS maupun UAS, sehingga sudah pasti setelah Aku melihat lembaran demi lembaran nilai yang berada di Kantor Jurusan, hampir setengah dari jumlah mata kuliahku pada saat itu dan nilai-nilaiku yang bermasalah dengan sejumlah dosen tersebut, tentunya sangat buruk.

Dari pengalaman tersebut, Aku mulai berpikir dan berebcana serta bertanya di dalam hati, siapa Aku? Untuk apa Aku hidup? Apa yang ku cari dalam kehidupan ini? Dan bagaimana cara mempertahankan kehidupan ini?, pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat menghantui perasaan dan pikiranku sehingga Aku mengisolasi diriku sendiri. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, Aku menemukan sebuah ungkapan yang terlintas dalam sebuah buku yang pernah Aku baca, di dalam buku tersebut ada sebuah ungkapan yang sangat unik dan menarik perhatianku, dalam buku terebut terpenggal sebuah kalimat yang mengatakan “hidup itu mudah”, dari ungkapan tersebut Aku milai berpikir tentang betapa beratnya kehidupan yang Aku alami ternyata belum seberapa jika dibendingkan tentang kisah-kisah yang ada di dalam buku tersebut. Hingga pada saat itu, Aku mulai berani mengunkapkan bahwa “kegagalan adalah tanda keberhasilan dan di setiap kegagalan pasti terdapat tnda-tanda keberhasilan”, dan itu sangat terbukti ketika Aku memahami sebuah firman Allah swt dalam al-qur’an yang mengatakan “setiap ada kesulitan pasti akan dibarengi dengan kemudahan”.

Tekatku semakin kuat untuk merubah diri dari apa yang Aku alami pada saat itu. Ternyata uang bukanlah segalanya dalam kehidupan, ketika keadaan perekonomian keluargaku terdesak, Aku mulai berpikir apakah selamanya Aku bergantung kepada kedua oreng tuaku yang Aku sendiri tau bagaimana keadaan keuangan mereke?

Awalnya Aku berpikir, mungkin sampai disinilah akhir dari pendidikanku karena orang tuaku tidak sanggup lagi memberikan biaya untuk melanjutkan kuliah demi mencapai harapan da cita-cita yang pernah Akn harapkan. Ternyata, pikiranku saat itu sangat pendek dan masih terlalu anak kecil yang menggantungkan diri kepada kedaan ornag tua. Dari itu semua Aku berpikir bagaimana caranya agar Aku dapat uang untuk melanjutkan studiku yang mudah-mudahan empat semester lagi selesai. Akhirnya, Aku mulai bertanya-tanya kepada beberapa orang tentang usaha, apalah bentuk usahanya. Dan kebetulan di sekitar rumahku banyak pedagang yang setiap harinya selalu sibuk dengan barang dagangannya, di situlah Aku mulai bertanya tentang berdagang, mulai dari bagaimana cara berdagang? Mengapa harus berdagang? Dan berapa keuntunga dari berdagang? Sehingga Aku tertarik pada seorang pedagang rambutan yang telah banyak menganjurkan dan memberikan saran dalam dunia perdagangan. Sehingga, dengan modal teket dan keyakinan Aku mulai mamasuki dunia perdagangan, yang pada saat itu karena sedang musim rambutan, akhirnya Aku mencoba menjual rambutan. Dengan modal kurang lebih Rp. 100.000,- Aku mulai berani mengawali usaha dagangku untuk menjual rambutan di beberapa tempat di wilayah Bekesi di sekitar rumahku, dan alhamdulillah Aku sangat bersyukur dalam waktu dua minggu Aku mampu memperoleh uang dari hasil jualanku sampai Rp. 400.000,-an. Hasil tersebut sangat lumayan untuk menambahkan biaya registrasi yang masih ada waktu kurang lebih dua minggu lagi, adapun kekurangannya Aku coba memberanikan diri untuk pinjam kepada beberapa orang sahabat dan keluargaku yang berada di sekitar rumahku, sehingga Aku sangat bersyukur dan bahagia karena sampai detik ini, Aku masih dapat berkumpul bersama temen-temen yang memiliki tujuan sama dalam dunia pendidikan demi mencapai cita-cita dan harapan yang mulia yang pernah menjadi angan-angan di waktu kecil. Terima kasih untuk semua pihak yang telah memberikan dorongan semangat, karena kalianlah Aku dapat kembali melanjutkan pendidikan dan dalam kekuatan persahabatan di jenjang perkuliahan ini. Semoga Allah swt meridhoi kita semua. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar