Jumat, 29 Mei 2009

Memaknai Doktrin Perjuangan Nadlatul Wathan

Written by admin
Senin, 14 Juli 2008

Oleh Mugni Sn.

Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah yang disingkat NWDII adalah lembaga pendidikan agama pertama yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan klasikal di Pulau Lombok. Madrasah ini didirikan oleh Al-Magfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H./17 Agustus 1937 M. Madrasah ini merupakan kelanjutan dari Pondok Pesantren Al-Mujahidin yang didirikan oleh Al-Magfurlah pada tahun 1934, sekembali beliau menuntut ilmu di Madrasah Sholatiyah Makkah A-Mukarromah. Pendirian madrasah NWDI ini diinspirasi dengan kondisi masyarakat Lombok pada saat itu yang masih sangat minim pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran-ajaran agama. Di samping itu, juga dimotivasi dengan sistem pembelajaran yang beliau ikuti selama menimba ilmu di Madrasah Sholatiyah yang menggunakan sistem klasikal dalam pembelajaran. Menurut beliau, untuk mempercepat dan mengintensipkan pembelajaran agama secara terfokus dan terprogram maka pendekatan pembelajaran dengan sistem klasikal menjadi sangat penting.

Sistem pembelajaran dengan pendekatan klasikal ini merupakan hal baru bagi masyarakat Islam Lombok kala itu. Oleh karena itu, dalam pendidrian madarsah tersebut Maulana Syaikh banyak mendapat rintangan dan intimidasi dari berbagai pihak. Sampai-sampai beliau harus jum’atan ke Labuan Haji selama kurang lebih tinga tahun. Namun berkat kesabaran dan keyakinan beliau, seluruh rintangan itu, dapat teratasi dengan baik dan Madrasah NWDI dapat tumbuh dan berkembang. Pada tahun 1953 madrasah cabang NWDI telah berjumlah 66 buah yang didirikan oleh para abituren NWDI. Pesatnya perkembangan Madrasah NWDI inilah yang melatarbelakangi lahirnya organisasi Nahdlatul Wathan pada tanggal 1 Maret 1953. Organisasi Nahdlatul Wathan didirikan dengan tujuan untuk menngkoordinir, membina, dan mempertanggungjawabkan seluruh amal usaha yang didirikan dan dikelola oleh para abituren yang salah satunya dalam bentuk madrasah. Sejak diresmikan pendirian organisasi Nahdlatul Wathan, seluruh amal usaha yang dididrikan dan dikelola oleh abituren diberikan label Nahdlatul Wathan (NW), baik pada lembaga pendidikan, sosial, maupun lembaga dakwah Islamiyah. Samapi tahun 2008 ini lembaga pendidikan yang dikelola Nahdlatul Wathan berjumlah 902 buah dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.

Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan merupakan suatu bukti yang tidak terbantahkan akan peran serta organisasi ini dalam ikut serta mewujudkan tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara matematis berapa banyak anak bangsa yang dapat dicerdaskan oleh oragnisasi Nahdlatul Wathan setiap tahun. Bila dirata-ratakan setiap jenjang/jenis lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan dapat menamatkan 40 orang anak didik setiap tahun maka akan ditemukan angka anak bangsa yang dapat ditamatkan dalam satu tahun sekitar 36.080 (tiga puluh enam ribu delapan puluh) orang siswa. Sungguh jumlah yang sangat pantastis. Banyak juga lembaga pendidikan NW yang dapat menamatkan siswa lebih dari seratus orang pada tiap tahun pelajaran. Dengan demikian jumlah tersebut sangat terbuka untuk meningkat. Untuk itu, sangat layaknya negeri ini berterima kasih kepada organisasi Nahdlatul Wathan. Artinya setiap aktivitas Nahdlatul Wathan untuk suatu kemajuan yang tidak bertentangan dengan aturan negara harus didukung secara maksimal. Jangan sampai dihalangai apalagi dicibir. Partisipasi organisasi ini telah mengurangi kewajiban negara atas rakyatnya. Kewajiban negara untuk mencerdaskan/mendidik anak negeri yang tiga puluh lima ribu dalam satu tahun telah diambil alih oleh organisasi Nahdlatul Wathan. Berapa uang negara untuk pengadaan sarana prasara pembelajaran, gaji guru, dan lain-lain yang dapat dihemat?

Sebagai ungkapan rasa syukur atas keberadaan Madarsah NWDI, Maulana Syaikh selaku pendiri NWDI mentradisikan untuk merayakan peringatan HULTAH NWDI. Peringatan HULTAH NWDI, di samping dimaksudkan sebagai eksperesi kesyukuran, juga sebagai media silaturrahmi nasional warga Nahdlatul Wathan karena pada setip kali HULTAH NWDI dirayakan maka jamaah Nahdlatul Wathan dari berbagai daerah di Nusantara akan berdatangan untuk menghadiri puncak perayaan HULTAH. Di samping sebagai media evaluasi dan refitalisasi program dan kegiatan organisasi Nahdlatul Wathan selama satu tahun berjalan.
HULTAH NNWDI bukan hanya sebagai kegiatan rutinitas tahuan organisasi tetapi harus mampu dimaknai dengan lebih aplikatif sesuai dengan kondisi dengan tujuan untuk meningkatan peran serta Nahdlatul Wathan dalam beramal. Peran serta Nahdlatul Wathan dalam pembangunan agama, nusa bangsa dan negara akan semakain maksimal bila seluruh program dan kegiatan Nahdlatul Wathan dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, peluang untuk memperlancar kegiatan Nahdlatul Wathan penting itu ditangkap dengan cerdas. Pada HULTAH NWDI ke-73 ini perlu dijadikan momentum untuk memaknai kembali prinsip dan doktrin perjuangan Nahdlatul Wathan.

Nahdlatul Wathan terus tumbuh dan berkembang sakilpun sering diterpa dengan berbagai rintangan baik dari internal maupun eksternal. Pesatnya perkembangan ini tidak terlap[as dari prinsip-prinsip dasar perjuangan Nahdlatul Wathan yang telah ditanamkan oleh pendiri Nahdlatul Wathan, yakin, ikhlas, dan istiqomah. Prinsip-prinsip perjuangan ini telah melahirkan konsep sami’na waata’na dalam doktrin perjuangan Nahdlatul Wathan. Orang yang yakin akan suatu kebenaran akan ikhlas dan istiqomah dalam meperjuangkan kebenaran yang diyakini. Segala keputusan yang telah diambil oleh pimpinan akan diwujudkan dengan konsep sami’na waata’na.

Dalam Wasiat Renungan Masa pendiri NWDI menegaskan /Nahdlatul wathan ciptaan ayahda/Kuamanatkan kepada anakda/Dipelihara dan terus dibina/dan dikembangkan di Nusantra/. Untuk mewujudkan visi pengembangan Nahdlatul Wathan, perlu elemen-elemn yang dimiliki serta peluang yang tersedia dimanfaatkan secara cerdas. Sudah menjadi fakta bahwa sejak tahun 2003, Nahdlatul Wathan telah melibatkan diri dalam dunia politik paraktis. Memang secara organisatoris tidak. Tetapi sulit untuk memisahkan antara Nahdlatul Wathan dengan Partai Bintang Reformasi, khususnya di Nusa Tenggara Barat. Ya NW, ya PBR. Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta yang ada di legislatif bahwa dari 30 orang anggota DPRD kabupaten/Kota dan Propinsi di Nusa Tenggara Barat dari Fraksi Partai Bintang Reformasi, 90 % merupakan kader Nahdlatul Wathan dan sisanya adalah simpatisan Nahdlatul Wathan. Jumlah yang tidak sedikit untuk mewarnai dinamika perpolitikan Nusa Tenggara Barat. Kehadiran kader-kader Nahdlatul Wathan dalam politik praktis harus dimaknai dalam persfektif melancarkan misi perjuangan Nahdlatul Wathan. Memang berpartai adalah identik dengan kekuasaan. Kekuasaan bukan hal yang tabu bahkan sangat penting untuk melanggengkan misi dakwah Nahdlatul Wathan.

Partai Bintang Reformasi sebagai wadah menyalurkan aspirasi politik warga Nahdlatul Wathan dalam PILKADA Gubernur dan Bupati telah menetapkan pilihan. Pilihan ini tentunya tidak muncul dengan sendirinya melainkan melalui proses yang panjang dengan agenda-agenda tertentu ke depan. Oleh karena itu akan menajdi kewajiban seluruh warga Nahdlatul Wathan untuk mewujudkan tujuan akhir dari pilihan tersebut, yakni “menang dalam pertarungan”. Dalam posisi inilah doktrin perjuangan “sami’na waata’na” menjadi sangat urgen. Setelah pilihan ditetapkan maka ruang diskusi tidak diperlukan. Ruang diskusi yang dibutuhkan hanya untuk mengatur strategi untuk meraih kemenangan. Dengan kemenangan, insyaallah perjuangan Nahdlatul Wathan akan semakin bermakna...........Wallahuaklam bissawab.
* Penulis adalah abituren NW


Tidak ada komentar:

Posting Komentar